BAHASA, DIALEK, DAN VARIASI
(Fadilla Oktaviana dan Asep Supriantna)
1. Bahasa
Dalam berkomunikasi, manusia
menggunakan bahasa sebagai media utamanya. Hudson (1980: 73) mengatakan bahwa bahasa
adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial di sini adalah masyarakat sosial,
secara verbal, bahasa (khususnya bahasa verbal) hanya digunkan oleh manusia
yang tergabung dalam sebuah kelompok yang bernama masyarakat.
Menurut Wardhaugh (2006: 1),
masyarakat sosial dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang terikat
satu sama lain serta memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai. Sementara bahasa
adalah alat yang digunakan masyarakat tersebut untuk berkomunikasi demi
mencapai tujuan.
Bahasa dipandang memiliki peranan
penting dalam proses interaksi manusia antara satu dengan yang lain.
Dengan menggunakan bahasa manusia dapat bekerja sama, berpolitik,
menjalankan perekonomian, dan berhubungan dengan manusia lain di seluruh
penjuru dunia. Melalui bahasa seseorang juga dapat menyebarkan ide, pikiran,
dan pandangannya kepada orang lain.
Sosiolinguistik memandang bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi atau
alat untuk menyampaikan pikiran, karena yang menjadi sorotan dalam
soiolingistik adalah siapa yang berbicara, menggunakan bahasa apa, kepada
siapa, kapan, dan apa tujuannya. Bahasa juga merupakan bagian
dari kebudayaan.
Masyarakat yang
berbahasa adalah masyarakat yang berbudaya, sehingga bahasa bisa dianggap
sebagai alat untuk merefleksikan identitas suatu masyarakat atau suku bangsa. Proses berbahasa bukan hanya
sekedar menghasilkan bunyi-bunyi tertentu ataupun menyusun kata- kata
menjadi suatu kalimat lengkap. Lebih dari itu, proses ini meliputi banyak hal
yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial kemasyarakatan.
Holmes (1992: 12) mengatakan bahwa tanpa disadari,
seseorang memproduksi bahasa dengan mempertimbangkan aspek- aspek seperti
lawan bicara, situasi, tujuan dan topik pembicaraan, fungsi pembicaraan, bahkan
prestise yang dihasilkan ketika menuturkan sebuah ujaran. Selanjutnya, Holmes
(1992: 133) mengatakan bahwa secara tidak langsung bahasa telah memperlihatkan
jati diri seseorang ketika berkata- kata. Pendengar atau lawan bicara akan
bisa mengenali darimana seseorang berasal, bagaimana tingkat pendidikannya,
serta dengan siapa dia bergaul melalui gaya bahasa yang digunakan.
Bahasa merupakan cara sesorang untuk berkomunikasi baik secara
verbal maupun non verbal. Sapir (1965: 78) menyatakan bahwa bahasa merupakan
ide komunikasi manusia yang murni melalui sistem simbol tertentu. Bahasa
memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan juga memiliki
banyak keuntungan yang terlihat dari berbagai aspek kehidupan. Dalam situasi
sosial seperti percakapan, dapat dindikasikan bahwa sikap bahasa dapat terlihat
dari fungsi bahasa dalam membangun hubungan sosial.
Pentingnya hubungan ini mengacu kepada perkembangan suatu sub-
disiplin baru dalam linguistik yaitu sosiolinguistik. Bagaimana dan mengapa
bahasa berubah, kapan dan mengapa seseorang dalam komunitas berbeda menggunakan
bahasa dengan aspek sosial, pendidikan, politik yang berbeda di
masayarakat tertentu. Jelas terlihat bahwa hubungan antara bahasa dan
masyarakat dapat diterapkan pada variasi, ragam berbahasa, ataupun dialek yang
bermacam – macam. Dengan adanya bahasa maka sekumpulan orang dapat membentuk
komunitas ataupun kebiasaan masyarakat sendiri .
2.
Dialek
Dialek
merupakan idiolek-idiolek yang menunjukan persamaan dengan idiolek-idiolek
lainnya. Besarnya persamaan tersebut bisa dipengaruhi oleh letak geografi yang
berdekatan sehingga antara satu dengan yang lainnya terjadi komunikasi yang
sering terjadi. Contoh penutur bahasa Indonesia dari kawasan geografis yang
berbeda dan dari kelompok sosial yang beralainan akan cenderung memperlihatkan
perbedaan-perbedaan yang sistematik. Di sini maka akan timbul sebuah dialek
bahasa Indonesia. Misalkan dialek jawa, dialek sunda dan sebagainya.
Idiolek
merupakan bahasanya seseorang. Bahwa sistem bahasa (idiolek) ini tiap-tiap
orang menunjukkan perbedaan-perbedaan yang kecil mapun besar dari idiolek orang
lainnya. Idiolek juga bisa didefinisikan ciri-ciri unik berbahasa dari seorang
penutur secara individual (ciri khas). Walaupun idiolek-idiolek tersebut dapat
digolongkan satu bahasa. Jadi idiolek satu orang dengan orang lain pasti akan
mencirikan sedikit atau banyak perbedaan.
Penggunaan istilah
dialek dan bahasa dalam masyarakat umum memang seringkali bersifat ambigu.
Secara linguistik jika masyarakat tutur masih saling mengerti maka alat
komunikasinya adalah dua dialek dari bahasa yang sama. Namun, secara politis,
meskipun dua masyarakat tutur bisa saling mengerti karena kedua alat komunikasi
verbalnya mempunyai kesamaan sistem dan subsistem tetapi keduanya dianggap
sebagai dua bahasa yang berbeda, contohnya bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia
yang secara linguistic adalah sebuah bahasa tetapi secara politis dianggap sebagai
dua bahasa yang berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok
penutur yang berbeda dengan kelompok penutur lain berdasarkan atas letak
geografi, faktor sosial, dan lain-lain. Ilmu yang mempelajari dialek disebut dialektologi yaitu bidang studi yang
bekerja dalam memetakan batas dialek dari suatu bahasa.
Jenis Dialek
Berdasarkan
pemakaian bahasa, dialek dibedakan menjadi berikut.:
1)
Dialek regional
Varian
bahasa yang dipakai di daerah tertentu. Misalnya, bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta, atau dialek Medan.
2)
Dialek sosial
Dialek yang
dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang menandai strata sosial
tertentu. Misalnya, dialek remaja.
3)
Dialek temporal
Dialek yang
dipakai pada kurun waktu tertentu. Misalnya, dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
3.
Variasi Bahasa
Variasi atau
ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi
beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya yang tidak homogen tetapi juga
karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial
yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan
dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa
ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi,
variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan
keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi
fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang
sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala
sosial, bahasa dan pemakaiannya tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor
nonlinguistik yang mempengaruhi pemakaian bahasa seperti di bawah ini.
1.
Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat
pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.
Faktor-faktor situasional: siapa berbicara
dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Menurut Chaer (2004:62) variasi bahasa adalah keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya
yang tidak homogen.
Menurut Allan Bell (dalam Coupland dan Adam ,1997:240) variasi
bahasa adalah salah satu aspek yang paling menarik dalam sosiolinguistik.
Prinsip dasar dari variasi bahasa ini adalah penutur tidak selalu berbicara
dalam cara yang sama untuk semua peristiwa atau kejadian. Ini berarti penutur
memiliki alternatif atau piilihan berbicara dengan cara yang berbeda dalam
situasi yang berbeda. Cara berbicara yang berbeda ini dapat menimbulkan maksa
sosial yang berbeda pula.
Jadi, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan
dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang
berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu
terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi
bahasa.
Macam-Macam Variasi Bahasa
Sebagai sebuah langue sebuah bahasa mempunyai sistem dan
subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena
penutur bahasa merupakan kumpulan manusia yang tidak homogen, bahasa tersebut
menjadi bervariasi. Terjadinya keberagaman bahasa ini bukan hanya disebabkan
oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena interaksi sosial
yang beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman
bahasa iu. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan
oleh penutur yang sangat banyak, dan dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya
bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia tentu ragamnya juga
bervaiasi.
Menurut Martin Joos (dalam Machali, 2009:52) gaya bahasa adalah
ragam bahasa yang disebabkan adanya perbedaan situasi berbahasa atau perbedaan
dalam hubungan antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Berdasarkan
tingkat keformalannya, Martin Joss (melalui Abdul Chaer, 2004:70) membedakan
variasi bahasa dalam lima bentuk, yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi
(formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual),
dan ragam akrab (intimate).
Secara lebih detail variasi ragam bahasa tersebut dibahas di bawah
ini.
Ragam Beku (Frozen)
Ragam ini merupakan variasi bahasa yang paling formal dan
digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi seperti
upacara kenegaraan, khutbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab,
undang-undang, akta notaris, dan surat keputusan. Variasi ini disebut ragam
beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh
diubah. Dalam bentuk tertulis ragam ini dapat kita temui pada dokumen-dokumen
sejarah, undang-undang dasar, akta notaris, naskah perjanjian jual beli dan
surat sewa menyewa.
Ragam beku (frozen) ialah ragam bahasa yang paling formal
dan digunakan dalam situasi-situasi dan upacara-upacara khidmat atau resmi,
misalnya dalam upacara kenegaraan, tata cara pengambilan sumpah, dan
sebagainya. Contoh dalam bentuk tertulisnya seperti akta notaris, surat-surat
keputusan, dokumen-dokumen bersejarah atau berharga seperti undang-undang
dasar, ijazah, naskah-naskah perjanjian jual beli, dan sebagainya. Disebut
ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak
boleh diubah. Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali.
Bahasa yang digunakan dalam ragam ini berciri super formal. Oleh karena itu,
seseorang tidak boleh begitu saja mengubah, karena memang sudah ditetapkan
sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu, bahasa beku sudah lazim digunakan
dan sudah terpatri lama sehingga sulit sekali diubah.
Bentuk ragam beku ini memiliki ciri kalimatnya panjang-panjang,
tidak mudah dipotong atau dipenggal, dan sulit sekali dikenai ketentuan tata
tulis dan ejaan standar. Bentuk ragam beku yang seperti ini menuntut penutur
dan pendengar untuk serius dan memperhatikan apa yang ditulis atau dibicarakan.
Ragam Resmi
(Formal)
Variasi ini biasanya digunakan dalam pidato-pidato kenegaraan,
rapat-rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku
pelajaran, makalah, karya ilmiah, dan sebagainya. Pola dan kaidah bahasa resmi
sudah ditetapkan secara standar dan mantap. Contoh variasi resmi dalam
pembicaraan misalnya dalam acara peminangan, kuliah, pembicaraan seseorang
dengan dekan di kantornya. Pembicaraan ketika seorang mahasiswa menghadap dosen
atau pejabat struktural tertentu di kampus juga merupakan contoh ragam ini.
Karakteristik kalimat dalam ragam ini yaitu lebih lengkap dan kompleks,
menggunakan pola tata bahasa yang tepat dan juga kosa kata standar atau baku.
Ragam Usaha
(Konsultatif)
Variasi ini lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah,
rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Jadi,
dapat dikatakan bahwa ragam ini merupakan ragam yang paling operasional. Ragam
ini tingkatannya berada antara ragam formal dan ragam santai.
Ragam Santai
(Kasual)
Ragam ini merupakan variasi yang biasa digunakan dalam situasi
yang tidak resmi seperti berbincang-bincang dengan keluarga ketika berlibur,
berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Pada ragam ini banyak digunakan
bentuk alegro atau ujaran yang dipendekkan. Unsur kata-kata pembentuknya baik
secara morfologis maupun sintaksis banyak diwarnai bahasa daerah.
Ragam Akrab (Intim)
Variasi bahasa ini digunakan oleh penutur dan petutur yang
memiliki hubungan sangat akrab dan dekat seperti dengan anggota keluarga atau
sahabat karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaann bahasa yang tidak lengkap,
pendek-pendek, dan artikulasi tidak jelas. Pembicaraan ini terjadi
antarpartisipan yang sudah saling mengerti dan memiliki pengetahuan yang sama.
Daftar
Pustaka
Chaer,
Abdul. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.
2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Coupland, Nikolas and Adam
Jaworski. 1997. Sosiolinguistics: A Reader and Coursebook.
England: Macmillan Press LTD.
Holmes, Janet. 1992. An
Introduction to Sosiolinguistics. England: Longman Group UK.
Hudson, R.A. 1980. Sociolinguistik: Cambridge ini Textbooks in
Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
Machali, Rochayah. 2009. Pedoman
bagi Penerjemah. Bandung: KAIFA.
Sapir. 1965. The Study of
Code-Mixing. Georgia: Westview Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar