Rabu, 01 Juni 2016

SOSIOLINGIUSTIK_BAHASA, DIALEK, DAN VARIASI

BAHASA, DIALEK, DAN VARIASI
(Fadilla Oktaviana dan Asep Supriantna)

1.    Bahasa
            Dalam berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai media utamanya. Hudson (1980: 73) mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial di sini adalah masyarakat sosial, secara verbal, bahasa (khususnya bahasa verbal) hanya digunkan oleh manusia yang tergabung dalam sebuah kelompok yang bernama masyarakat.
            Menurut Wardhaugh (2006: 1), masyarakat sosial dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang terikat satu sama lain serta memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai. Sementara bahasa adalah alat yang digunakan masyarakat tersebut untuk berkomunikasi demi mencapai tujuan.


            Bahasa dipandang memiliki peranan  penting dalam proses interaksi manusia antara satu dengan yang lain. Dengan menggunakan  bahasa manusia dapat bekerja sama, berpolitik, menjalankan perekonomian, dan berhubungan dengan manusia lain di seluruh penjuru dunia. Melalui bahasa seseorang juga dapat menyebarkan ide, pikiran, dan pandangannya kepada orang lain.
Sosiolinguistik memandang bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi atau alat untuk menyampaikan pikiran, karena yang menjadi sorotan dalam soiolingistik adalah siapa yang berbicara, menggunakan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan apa tujuannya. Bahasa juga merupakan bagian dari kebudayaan.
Masyarakat yang berbahasa adalah masyarakat yang berbudaya, sehingga bahasa bisa dianggap sebagai alat untuk merefleksikan identitas suatu masyarakat atau suku bangsa. Proses berbahasa bukan hanya sekedar menghasilkan bunyi-bunyi tertentu ataupun menyusun kata- kata menjadi suatu kalimat lengkap. Lebih dari itu, proses ini meliputi banyak hal yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial kemasyarakatan.
Holmes (1992: 12) mengatakan bahwa tanpa disadari, seseorang memproduksi bahasa dengan mempertimbangkan aspek- aspek seperti lawan bicara, situasi, tujuan dan topik pembicaraan, fungsi pembicaraan, bahkan prestise yang dihasilkan ketika menuturkan sebuah ujaran. Selanjutnya, Holmes (1992: 133) mengatakan bahwa secara tidak langsung bahasa telah memperlihatkan jati diri seseorang ketika berkata- kata. Pendengar atau lawan bicara akan bisa mengenali darimana seseorang berasal, bagaimana tingkat pendidikannya, serta dengan siapa dia bergaul melalui gaya bahasa yang digunakan.
Bahasa merupakan cara sesorang untuk berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Sapir (1965: 78) menyatakan bahwa bahasa merupakan ide komunikasi manusia yang murni melalui sistem simbol tertentu. Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan juga memiliki banyak keuntungan yang terlihat dari berbagai aspek kehidupan. Dalam situasi sosial seperti percakapan, dapat dindikasikan bahwa sikap bahasa dapat terlihat dari fungsi  bahasa dalam membangun hubungan sosial.
Pentingnya hubungan ini mengacu kepada perkembangan suatu sub- disiplin baru dalam linguistik yaitu sosiolinguistik. Bagaimana dan mengapa bahasa berubah, kapan dan mengapa seseorang dalam komunitas berbeda menggunakan bahasa dengan aspek sosial, pendidikan, politik yang  berbeda di masayarakat tertentu. Jelas terlihat bahwa hubungan antara bahasa dan masyarakat dapat diterapkan pada variasi, ragam berbahasa, ataupun dialek yang bermacam – macam. Dengan adanya bahasa maka sekumpulan orang dapat membentuk komunitas  ataupun kebiasaan masyarakat sendiri .

2.    Dialek
Dialek merupakan idiolek-idiolek yang menunjukan persamaan dengan idiolek-idiolek lainnya. Besarnya persamaan tersebut bisa dipengaruhi oleh letak geografi yang berdekatan sehingga antara satu dengan yang lainnya terjadi komunikasi yang sering terjadi. Contoh penutur bahasa Indonesia dari kawasan geografis yang berbeda dan dari kelompok sosial yang beralainan akan cenderung memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang sistematik. Di sini maka akan timbul sebuah dialek bahasa Indonesia. Misalkan dialek jawa, dialek sunda dan sebagainya.
Idiolek merupakan bahasanya seseorang. Bahwa sistem bahasa (idiolek) ini tiap-tiap orang menunjukkan perbedaan-perbedaan yang kecil mapun besar dari idiolek orang lainnya. Idiolek juga bisa didefinisikan ciri-ciri unik berbahasa dari seorang penutur secara individual (ciri khas). Walaupun idiolek-idiolek tersebut dapat digolongkan satu bahasa. Jadi idiolek satu orang dengan orang lain pasti akan mencirikan sedikit atau banyak perbedaan.
            Penggunaan istilah dialek dan bahasa dalam masyarakat umum memang seringkali bersifat ambigu. Secara linguistik jika masyarakat tutur masih saling mengerti maka alat komunikasinya adalah dua dialek dari bahasa yang sama. Namun, secara politis, meskipun dua masyarakat tutur bisa saling mengerti karena kedua alat komunikasi verbalnya mempunyai kesamaan sistem dan subsistem tetapi keduanya dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda, contohnya bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang secara linguistic adalah sebuah bahasa tetapi secara politis dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang berbeda dengan kelompok penutur lain berdasarkan atas letak geografi, faktor sosial, dan lain-lain. Ilmu yang mempelajari dialek disebut dialektologi yaitu bidang studi yang bekerja dalam memetakan batas dialek dari suatu bahasa.

Jenis Dialek
Berdasarkan pemakaian bahasa, dialek dibedakan menjadi berikut.:
1)   Dialek regional
Varian bahasa yang dipakai di daerah tertentu. Misalnya, bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta, atau dialek Medan.

2)   Dialek sosial
Dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang menandai strata sosial tertentu. Misalnya, dialek remaja.

3)   Dialek temporal
Dialek yang dipakai pada kurun waktu tertentu. Misalnya, dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.

3.      Variasi Bahasa
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya yang tidak homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaiannya tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik yang mempengaruhi pemakaian bahasa seperti di bawah ini.
1.    Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.    Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Menurut Chaer (2004:62) variasi bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Menurut Allan Bell (dalam Coupland dan Adam ,1997:240) variasi bahasa adalah salah satu aspek yang paling menarik dalam sosiolinguistik. Prinsip dasar dari variasi bahasa ini adalah penutur tidak selalu berbicara dalam cara yang sama untuk semua peristiwa atau kejadian. Ini berarti penutur memiliki alternatif atau piilihan berbicara dengan cara yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Cara berbicara yang berbeda ini dapat menimbulkan maksa sosial yang berbeda pula.
Jadi, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa  yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.

Macam-Macam Variasi Bahasa
Sebagai sebuah langue sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa merupakan kumpulan manusia yang tidak homogen, bahasa tersebut menjadi bervariasi. Terjadinya keberagaman bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena interaksi sosial yang beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa iu. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, dan dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia tentu ragamnya juga bervaiasi.
Menurut Martin Joos (dalam Machali, 2009:52) gaya bahasa adalah ragam bahasa yang disebabkan adanya perbedaan situasi berbahasa atau perbedaan dalam hubungan antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joss (melalui Abdul Chaer, 2004:70) membedakan variasi bahasa dalam lima bentuk, yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate).
Secara lebih detail variasi ragam bahasa tersebut dibahas di bawah ini.
Ragam Beku (Frozen)
Ragam ini merupakan variasi bahasa yang paling formal dan digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi seperti upacara kenegaraan, khutbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab, undang-undang, akta notaris, dan surat keputusan. Variasi ini disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh diubah. Dalam bentuk tertulis ragam ini dapat kita temui pada dokumen-dokumen sejarah, undang-undang dasar, akta notaris, naskah perjanjian jual beli dan surat sewa menyewa.
Ragam beku (frozen) ialah ragam bahasa yang paling formal dan digunakan dalam situasi-situasi dan upacara-upacara khidmat atau resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, tata cara pengambilan sumpah, dan sebagainya. Contoh dalam bentuk tertulisnya seperti akta notaris, surat-surat keputusan, dokumen-dokumen bersejarah atau berharga seperti undang-undang dasar, ijazah, naskah-naskah perjanjian jual beli, dan sebagainya. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak boleh diubah. Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali. Bahasa yang digunakan dalam ragam ini berciri super formal. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh begitu saja mengubah, karena memang sudah ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu, bahasa beku sudah lazim digunakan dan sudah terpatri lama sehingga sulit sekali diubah.
Bentuk ragam beku ini memiliki ciri kalimatnya panjang-panjang, tidak mudah dipotong atau dipenggal, dan sulit sekali dikenai ketentuan tata tulis dan ejaan standar. Bentuk ragam beku yang seperti ini menuntut penutur dan pendengar untuk serius dan memperhatikan apa yang ditulis atau dibicarakan.

Ragam Resmi (Formal)
Variasi ini biasanya digunakan dalam pidato-pidato kenegaraan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, makalah, karya ilmiah, dan sebagainya. Pola dan kaidah bahasa resmi sudah ditetapkan secara standar dan mantap. Contoh variasi resmi dalam pembicaraan misalnya dalam acara peminangan, kuliah, pembicaraan seseorang dengan dekan di kantornya. Pembicaraan ketika seorang mahasiswa menghadap dosen atau pejabat struktural tertentu di kampus juga merupakan contoh ragam ini. Karakteristik kalimat dalam ragam ini yaitu lebih lengkap dan kompleks, menggunakan pola tata bahasa yang tepat dan juga kosa kata standar atau baku.

Ragam Usaha (Konsultatif)
Variasi ini lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Jadi, dapat dikatakan bahwa ragam ini merupakan ragam yang paling operasional. Ragam ini tingkatannya berada antara ragam formal dan ragam santai.

Ragam Santai (Kasual)
Ragam ini merupakan variasi yang biasa digunakan dalam situasi yang tidak resmi seperti berbincang-bincang dengan keluarga ketika berlibur, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Pada ragam ini banyak digunakan bentuk alegro atau ujaran yang dipendekkan. Unsur kata-kata pembentuknya baik secara morfologis maupun sintaksis banyak diwarnai bahasa daerah.

Ragam Akrab (Intim)
Variasi bahasa ini digunakan oleh penutur dan petutur yang memiliki hubungan sangat akrab dan dekat seperti dengan anggota keluarga atau sahabat karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaann bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan artikulasi tidak jelas. Pembicaraan ini terjadi antarpartisipan yang sudah saling mengerti dan memiliki pengetahuan yang sama.

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Coupland, Nikolas and Adam Jaworski. 1997. Sosiolinguistics: A Reader and  Coursebook. England: Macmillan Press LTD.

Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sosiolinguistics. England: Longman Group UK.

Hudson, R.A. 1980. Sociolinguistik: Cambridge ini Textbooks in Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press.

Machali, Rochayah. 2009. Pedoman bagi Penerjemah. Bandung: KAIFA.

Sapir. 1965. The Study of Code-Mixing. Georgia: Westview Press.

Wardhough, Ronald. 1997. Am Introduction to Sociolinguistics (Third Edition). USA: Blackwell Publisher Ltd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar