Jumat, 27 Mei 2016

Surat dalam novel_4

Surat balasan Molek kepada Yasin (bagian -2)

Kakanda yang kucinta!
Kakanda tak tahu, bagaimana malang adindamu ini. Ayah dan ibu amat marah kepada adinda karena katanya adinda mendatangkan aib kepada nama mereka itu. Sekarang adinda tak bedanya seperti orang yang durhaka, orang yang berbuat jahat, yang tiada patut diindahkan sedikitpun jua.
Tetapi, meskipun demikian, kakandaku, hati adinda tiada berubah sedikit jua kepada kakanda. Apa juapun, semuanya sanggup adinda menderitakan, tetapi adinda takkan berpaling dari kakanda. Adinda hanya sekali saja menyerahkan hati adinda, dan kalau sekali itu putus pula pengharapan adinda, maka tiadalah adinda akan berbahagia lagi seumur hidup adinda.
Wahai kakandaku! Alangkah sampai hati kakanda hendak melepaskan adinda, menyuruh adinda mencari kemujuran adinda pada orang lain. Tidakkah kakanda ketahui selama ini, bahwa adinda tiada dapat lagi mencintai orang yang lain dari kakanda seorang? Sungguh pedih hati adinda membaca surat kakanda, mengatakan bahwa kemujuran adinda bukan kemujuran kakanda, bahwa kakanda tak dapat menajdikan adinda beruntung dan berbahagia. Aduh kakandaku, tiada cukupkah sumpah-sumpah adinda dahulu, bahasa adinda tak dapat mencintai orang lain lagi, bahasa satulah adinda dengan kakanda dari dunia sampai akhirat?
Kakandaku! Adinda sanggup menanggungkan siksaan apa juapun, tetapi adinda tiada dapat memutuskan cinta adinda kepada kakanda.
Bagi adinda tak ada jurang yang menceraikan kita berdua. Cinta yang suci seperti cinta kita ini ialah pemberian Allah dan sekalian perbuatan Allah itu tiada dapat dirusakkan oleh perbuatan manusia. Bukankah kebangsawanan itu perbuatan manusia belaka, manusia yang angkuh dan sombong?
Biarlah adinda tak usah dikatakan orang bangsawan. Apakah gunanya sekaliannya itu pada adinda?
Wahai, keturunan itu terasa kepada adinda  sebagai suatu beban yang berat, yang seandainya tak patut adinda pikul. Kalau tak ada keturunan yang celaka itu, tentulah dapat kita berbahagia, beruntung,seperti yang kita cita-citakan.
Tidak kakandaku! Kakanda tak boleh meninggalkan adinda. Daripada kakanda tinggalkan, lebih sukalah adinda kakanda bunuh sekali supaya hilanglah sekalian penderitaan dunia ini daripada diri adinda. Tetapi adinda yakin, bahwa kakanda takkan melepaskan adinda yang malang ini.
Dari hal pinangan kakanda ditolak ayah dan ibuku itu, hal itu tak usah kakanda pikirkan amat. Adinda percaya, tentu sekaliannya itu akan berubah kelak. Sekarang baiklah kita menunggu dengan sabar dan tawakkal. Sekali, sekali niscaya semuanya adakan berubah. Ada suatu perasaan yang mengatakan kepada adinda bahwa adinda harus berharap senantiasa.
Dan untuk sementara janganlah kakanda mendekat-dekat dahulu ke rumah ini, lain daripada malam akan menjemput atau melepakkan surat. Sebab kalau kakanda mendekat jua, boleh jadi berbahaya karena ayah buruk niatnya.
Kita harus sabar, sabar salama-lamanya. Cinta ini ialah cinta yang suci dan tiap-tiap yang suci dan jernih itu dilindungi Allah. Kakandaku! Tak satu apa juapun dapat menceraikan kita berdua.
Satu kita di dunia, satu kita di akhirat, kita sebenarnya satu selama-lamanya.
Wassalam adindamu
MOLEK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar