Molek kekasihku,
Ibuku telah pergi ke rumahmu akan meminangnmu. Engkau, adindaku, tahu sekarang, bahwa pekerjaannya itu sia-sia, tiada berhasil sedikit juapun.
Aku tiada layak menjadi suamimu!
Sekarang baharu terbuka mataku. baharu insaf aku akan jurang yang curam lagi dalam, yang menceraikan kita berdua.
Selama ini kusanagka, bahwa aku ada bersayap, sehingga jurang keturunan yang lebar dan ngeri itu dapat kuseberangi. Tetapi rupanya tidak, aku hina dan daif dan selama-lamanya aku harus tinggal serupa itu.
Molek, kekasihku yang kucintai!
Biarlah aku sekarang tinggal melata di tanah ini seperti ulat yang hina. Aku pun akan mencoba meredakan gelora dalam hatiku. Aku harus, aku wajib sabar dan tawakkal dalam kedaifanku.
Sungguh, sekarang insaflah aku akan harga diriku yang hendak terbang ke langit mencapai matahari yang gilang-gemilang. Lupa ia bahwa ia ulat, ulat yang hina, yang melata di tanah dengan daifnya. Itulah sebabnya maka ia jatuh, trempas ke bumi, karena kesombongannya yang tiada berhingga itu.
Aku pun jatuh, akupun terempas, tetapi bagiku sekaliannya itu ada baiknya. Sekarang tahu aku bahwa aku tak boleh menengadah ke atas,mengharapkan yang bukan-bukan.
Kecewa,kecewa yang tiada berhingga juga kesudahannya.
Sekarang hening, tenang hatiku.
Tetapi ada jua satu yang memberati kalbuku. Aku telah berdosa kepadamu, Molek, adindaku! Engkau telah kutipu, kuperdayakan!Kesenanganmu, kesentosaan hatimu telah kuganggu,kurusakkan dengan tiada semena-mena.
Aduh, sekarang baru terasa kepadaku, bahwa seseungguhnya besar dosaku hari itu,ketika aku pertama kali meletakkan surat di tepian tempat mandi di rumahmu. Aku telah meperdayakan engkau melanggar kemauan orang tuamu, aku telah membujuk engkau merendahkan derajatmu yang mulia dan suci itu.
Sekarang tampaklah kepadaku masa cinta berahi kita yang berbahagia itu, sebagai suatu rangkaian dosa yan tiada putus-putusnya.
Tetapi Molek, angkaian hatiku! Aku tahu bahwa engkau pengasih dan penyayang; dalam kalbumu yang bersih dan suci tak ada terluang tempat bagi dendam dan dengki. Bukankah karena kasih dan sayangmu jua maka engkau tak hendak merusakkan hatiku, sehingga engkau turun dari tingkatmu yang tinggi dan mulia itu akan memapah aku di hutan hidup yang penuh duri dan onak ini?
Akupun percaya,akupun yakin, bahwa kasih sayangmu yang tiada berhingga itu akan melupakan,akan mengampuni dosaku yang besar ini
Molek, Molekku yang suci!
Selama aku hidup, selama aku hidup, engkau akan tinggal dama kenang-kenanganku sebagai lambang kesucian, kesempurnaan yag tiada bercacat dan bercela sedikit juapun. Tidak, tidak! engkau tak ada bandingnya di dunia yang lebar ini.
Molek, Molek jantung hatiku!
Aku tiada boleh, tiada layak cinta kepadamu, tetapi cintaku ini tak hendak kuhilangkan. Cintaku kukuh, kuat melekat dalam kalbuku, tiada dapat dibuang. Rasanya akan lebih dahulu lagi jiwaku yang rapuh melayang dapada cintaku yang tiada tahu akan untungnya ini.
Ganas, ganas!
Tetapi akupun berharap serupa itu, sebab aku tahu bahasa kalau hilang cintaku kepadamu ini, hidupku akan kelam, gelap-gulita seperti sekarang, tengah malam ini di luar perahuku.
Sunyi..tiada berbintang!
Tidak, tak terderia olehku penghidupan yang gelap serupa itu. Biarlah aku seperti sekarang menerangi diriki dalam cahaya tiruan ini. Cahaya yang sebenarnya, cahaya sejati, takkan pernah tiba lagi menyinari aku, sebab diriku diselubungi oleh selimut yang tebal dan hitam, dosaku kepadamu.
Dan engkau Moleh! Engkau janganlah mengenang-ngenangkan aku lagi. Lenyapkanlah aku dari dalam kenang-kenanganmu, seperti aku tak pernah hidup dalam dunia ini,tak pernah datang mengusikmu dalam kesenanganmu.
Rupanya telah serupa itulah tertulis pada luhmahfuld. Kemujuran aku bukan kemujuran engkau. Bagimu, bagi kalbumu yang suci dan penuh kasih sayang itu, ada teruntukkemujuran yang lain.Adn aku, aku tiada hendak, iada boleh, tada layak mengganggu engkau dalam kemujuranmu itu.
O, tidak, tidak! Aku tiada boleh dengki dan khianat. Sebal dan kesalpun tak boleh kutanam dalam hatiku. Terhadap kepadamu Molek, kekasihku, hatiku harus bersih dan bening seperti air mancur di pegunungan.
Selama aku hidup, selamadarahku mengalir dari jantungku, seama itu aku akan mendoakan, aku akan bermohon kepada Tuhan seru sekalian alam, moga-moga engkau berbahagia, engkau beruntung. Aku rela akan kemujuranmu yang tak dapat aku berikan itu, reladengan sepenuh-sepenuh hatku.
Dan aku, kekasihku, rangkai hatiku di Dunia Allah yang lebar ini pastilah ada suatu sudut kecil dan tersembunyi, cukup bagiku tempat aku meratapi cintaku.
Biarlah bumi terus beredar,biarlah manusia siang malam meperebutkan untungnya, bagiku sekaliannya itu tak ada artinya.Aku takkan memedulikannya, sebab dihadapanku telah terlintang parit yang dalam lagi lebar, yang tak dapat kulompati.
Biarlah aku terlupa, terlupa oleh sekalian makhluk.
Dan sekarang kekasihku, aku ucapkan engkau selamat dan bahagia seumur hidupmu.
................
Remuk hatiku - remuk memikikan perceraian yang akan datang. Tetapi tidak! hal itu mesti, tak dapat dielakkan.
Molek, Molek, dewi yang suci dan mulia! Maafkan kiranya sejurus aku memelukmu dalam angan-anganku!
Selamat berbahagia engkau!
Salam penghabisan dari saudaramu, YASIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar