Surat dalam Novel (bagian-2)
Surat-menyurat antara Yasin dan Molek dalam Novel Dian yang Tak Kunjung Padam (karya STA)
Surat Yasin kepada Molek (1)
Encik yang terhormat,
Encik jangan terkejut membaca secarik surat yang tiada sepertinya ini. Surat ini dari seorang yang hina, yang berlindung pada bayang-bayang tempat kediaman encik. Sejak encik bermurah hati beberapa minggu yang telah lalu membiarkan dia memandang ke bintang kejora yang bersinar-sinar di muka encik, ia tiada tekata-kata lagi mabuk selasih dan akan amat kejam encik rasanya kalau dengan sekonyong-konyong encik sentakkan dia hingga sadar kembali.
Sebab itulah fakir yang miskin itu bermohon akan kemurahan hati encik, sudilah kiranya membiarkan dia menerangi dirinya dalam cahaya bintang kejora yang mulia itu.
Biarkanlah dia sepantun batang buluh di tepi sungai yang menundukkan dirinya bertahun-tahun akan melepaskan dahaga, pada hal air terus mengalir dengan tiada mengindahkan dia.
Dalam keadaan seperti buluh itupun, telah merasa bahagia tiada terperikan.
Surat Molek kepada Yasin (1)
Tiada dapat adinda katakan betapa girang hati adinda menerima surat kakanda itu. Sekarang seakan-akan sudah terbuka bagi adinda suatu jalan ke arah tempat yang mulia, yang telah lama terbayang-bayang kepada adinda.
Rupanya pertemuan kita beberapa minggu yang telah lalu itu ialah pertemuan untung, yang akan menentukan hidup kita selama-lamanya. Sejak dari kini berjanjilah adinda akan teguh berpegang pada perasaan yang suci yang terbit karena membaca surat kakanda itu.
Satu kita di dunia ini,satu pula kita sampai di akhirat.
Salam takzim adindamu,
Molek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar