Metafora dari Segi Sintaksis
Pada tataran sintaksis, Keraf menjelaskan bahwa metafora
tidak selalu harus menduduki predikat, tetapi dapat juga menduduki fungsi lain
seperti subjek, objek, dan sebagainya
(Gorys
Keraf: 1996, hlm.139). Sejalan
dengan Keraf, Wahab membagi metafora berdasarkan segi sintaksis menjadi tiga
kelompok, yaitu (1) metafora nominatif, (2) metafora predikatif, dan (3)
metafora kalima
(Abdul Wahab, 1990: hlm.141—177).
1.
Metafora
Nominatif
Metafora nominatif ialah
metafora yang berupa kata atau frase nomina pada suatu kalimat. Sifat nomina
itu tampak pada kata atau frase nomina yang berfungsi sebagai subjek, objek,
atau komplemen suatu kalimat yang berisi metafora. Pada metafora
nominatif, lambang kiasnya hanya terdapat pada nomina kalimat. Karena posisi nomina itu dalam
kalimat berbeda-beda, metafora
nominatif dapat pula dibagi lagi menjadi
dua macam yaitu (1) metafora nominatif subjektif dan (2) metafora nominatif objektif, atau metafora nominatif pelengkap atau
lazim disebut juga sebagai metafora nominatif komplementatif (Abdul Wahab, 1990: hlm.170).
a)
Metafora
Nominatif Subjektif
Pada metafora nominatif subjektif, lambang kias muncul hanya
pada subjek kalimat, sementara komponen-komponen kalimat yang mengandung
metafora tetap dinyatakan dengan kata-kata yang mempunyai makna langsung.
Contoh langsung metafora nominatif subjektif terdapat pada kutipan puisi
beikut:
(1) Angin lama tak singgah. (Slamet Sukirnanto, 1993. “Tunggu”, dalam
Horison/XXI/235). Subjek angin
dipakai untuk mengiaskan utusan pembawa berita.Sementara itu, komponen lain dalam kalimat itu tetap
dinyatakan dalam makna langsung, tanpa kias apa-apa. Dalam hal ini , sesuai dengan
apa yang didefinisikan Quintilian yang mengatakan bahwa metafora ialah ungkapan
kebahasaan yang menyatakan benda mati, yaitu angin untuk makhluk hidup,
yaitu manusia, utusan pembawa berita.
b) Metafora
Nominatif Objektif
Metafora nominatif objekif atau metafora nominatif komplementatif memakai
lambang kias hanya pada objek atau komplemen kalimat yang dimaksud, sedangkan
komponen lain dalam kalimat tetap dinyatakan dengan kata yang mempunyai makna
yang langsung. Perhatikana contoh di bawah ini:
(2)
Dan banyak pula muka pada hari itu
tertutup debu.( وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَة)
(Alquan, surat ‘Abasa ayat 40)
Pada metafora di atas, kata debu berfungsi sebagai komplemen kalimat Dan
banyak pula muka pada hari itu tertutup debu adalah kata-kata kias
yang makna sebenarnya ialah kegelapan,kebejatan,
atau kejahatan. Berdasarkan definisi Aristoteles, debu (ungkapan kebahasaan yang khusus) dipakai untuk makna
sebenarnya, yaitu kejahatan atau
kebajatan (ungkapan yang umum). Sementara itu, dari segi definisi
Quintilian, kata yang peratama (benda mati) dipakai untuk makna yang sebenarnya
yang juga benda mati.
2. Metafora
Predikatif
Metafora predikatif adalah metafora yang berupa predikat dalam suatu
kalimat. Dalam metafora predikatif, kata-kata lambang kias hanya terdapat pada
predikat kalimat, sedangkan subjek dan komplemen kalimat (jika ada) masih
dinyatakan dalam makna langsung. Contoh metafora jenis ini adalah sebagai
beriktu:
(3) ...mereka
saling mengedip-ngedipkan matanya. ( وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ)
Alquran, surat al-Muthaffifiin ayat 30)
Kata mengedip-ngedipkan yang merupakan predikat dari subjek kalimat mereka sebenarya cocok untuk predikat mengedip-ngedipkan.
Dalam metafora tersebut, mengedip-ngedipkan matanya (ungkapan kebahasaan dengan
makna langsung) dimaknai sebagai perbuatan menghina atau meremehkan orang lain
yang dimaksud.
3. Metafora
Kalimat
Jenis metafora kalimat adalah jenis
metafora yang menganggap bahwa seluruh lambang kias yang dipakai dalam metafora
jenis ini tidak terbatas pada nominatif (baik subjek maupun objek) dan predikatnya
saja, melainkan seluruh komponen dalam kalimat metaforis itu merupakan lambang
kias. Contoh metafora kalimat dapat dilihat pada kutipan berikut:
(4) Sekarang
harimau itu sudah tak bertaring lagi.
Baik subjek kalimat (harimau itu) maupun predikat (sudah tak bertaring
lagi) dalam kalimat contoh (4) tersebut merupakan pernyataan metaforis.
Subjeknya melambangkan seorang pemimpin,kepala instansi, atau sejenisnya,
sedangkan predikatnya melambangkan keadaan tanpa wibawa atau tanpa kekuatan.
4.
Fungsi
Subjek, Predikat, Objek, dan Pelengkap
Pemakaian istilah subjek, predikat, dan objek kerap kali digunakan dalam
analisis sintaksis. Analisis ini didasarkan atas fungsi setiap satuan unsur
yang membangun kalimat tersebut. Sebenarnya, terdapat analisis lain dalam
sintaksis seperti analisi peran, analisi kategori, analisis topik, dan sebagainya.
Sebagai contoh, sebuah kalimat dapat dianalisi berdasarkan fungsi,
peran, dan kategori seperti berikut:
Analisis
|
Kalimat
|
||
Allah memudahkan jalnnya
|
|||
Fungsi
|
Subjek (S)
|
Predikat (P)
|
Objek (O)
|
Peran
|
Agen
|
Aksi
|
Sasaran
|
Kategori
|
Nomen
|
Verbum
|
Nomen
|
Sehubungan dengan pembagian tiga jenis metafora bila ditinjau dari
sintaksis sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Wahab yakni (1) metafora nominatif
(subjektif dan objektif), (2) metafora predikatif, dan (3) metafora kalimat, perlu
kiranya dijelaskan tentang fungsi subjek, predikat, objek dan pelengkap pada
bagian ini.
Pertama, pemahaman mengenai subjek dan objek. Menurut Parera, subjek dan
objek adalah konsep tentang posisi nomen atau frase nomen terhadap predikat
dalam klausa atau kalimat. Subjek, merupakan promosi nomen atau frase nomen ke
depan atau ke sebelah kiri predikat. Subjek adalah letak kiri nomen terhadap
predikat.
Contoh:
(1) Gunung-gunung
ditegakkan
(2) Kedua
tangan Abu Lahab binasa
(3) Bumi
menceritakan beritanya.
Nomen dan frase nomen “gunung”, “kedua tangan Au Lahab”, dan “bumi” adalah
subjek karena letaknya di sebelah kiri predikat klausa-klausa tersebut. Nomen “bumi”
dalam kalimat (3) menduduki fungsi subjek dan nomen “beritanya” menduduki
fungsi objek. Jika verbaya diganti dengan “diceritakan”, maka promosi nomen ke
kiri predikat tersebut adalah “beritanya”. Dengan demikian, nomen “beritanya”
menduduki fungsi subjek.
(4)
Beritanya
diceritakan bumi.
Jika subjek didefinisikan sebagai letak kiri nomen atau frase nomen
terhadap predikat, mungkin dapat pula dikatakan bahwa objek adalah letak kanan
langsung nomen atau frase nomen terhadap predikat.
Contoh:
(5) Ia
menempuh jalan kembali.
(6) Kami
memperingatkan kamu siksa yang dekat.
Kata “jalan kembali” yang terletak di sebelah kanan langsung peredikat “menempuh” dalam kalimat (5) merupakan objek
(objek langsung) begitu juga dengan nomen “kamu” yang terletak di sebelah kanan
langsung “memperingatkan” pada kalimat (6). Sedangkan nomen “siksa yang dekat”
pada kalimat (6) terletak di sebelah kanan tidak langsung karena telah
didahului oleh nomen “kamu”, dipromosikan sebagai objek tak langsung
(Jos Daniel Parera,
1993: hlm149—157).
Sejalan dengan yang dikemukakan Parera, Anton M. Moeliono dkk. menegaskan bahwa subjek biasanya berada di
depan predikat; jadi, letak kiri terhadap predikatnya. Subjek dalam bahasa
Indonesia mudah dikenali karena tidak dimungkinkan berupa kategori pronomina
interogatif (kata ganti tanya).
Ada kalimat
“Siapa pulang?” merupakan variasi bentuk bakunya “Siapa yang pulang?”. Dalam
hal ini, konstituen “siapa” bukanlah sebagai subjek, melainkan predikat.
Subjeknya adalah “yang pulang”.
Lebih lanjut Anton M. Moeliono dkk. menjelaskan tentang predikat, objek dan
pelengkap. Predikat menurut Anton Moeliono
merupakan pusat yang memegang peranan lebih besar dari yang lain.
Konstituen tersebut dinamakan pusat atau inti, sedangkan kosntituen lain yang
wajib hadir dinamakan pendamping. Pada kalimat yang memakai verba, pusat atau
intinya adalah verba sedangkan pendampingnya adalah nomina. Pendamping tersebut
dapat berupa subjek, objek, dan pelengkap (Anton M. Moeliono, 1988: hlm. 258-267).
Jika pendamping berupa subjek berada di kiri predikat, pendamping objek dan
pelengkap terletak di kanan predikat. Bahkan letak kanan kedua pendamping
(objek dan pelengkap) itu lebih tegar daripada letak kiri (subjek). Subjek
dengan persyaratan tertentu masih dapat berada di sebelah kanan predikat,
sedangkan objek dan pelengkap hampir tidak mungkinberada di sebelah kiri
predikat.
Fungsi objek dapat dikenali dengan dua cara yaitu (1) dengan melihat jenis
predikatnya yaitu predikat transitif dan aktif dan (2) dengan memperhatikan
ciri khas objek itu sendiri, yaitu dimungkinkan berupa –nya, atau juga –ku dan
–mu. Selain itu, objek dapat menjadi
subjek dalam kalimat pasif.
Contoh:
(7)
Bumi memuntahkan isinya.
Konstituen
"isinya” muncul karena dituntut
oleh predikat transitif berafiks meN- +
-kan; “memuntahkan”. Nomina “isinya”
berfungsi sebagai objek, hal ini tampak dengan adanya bentuk variasi di bawah
ini.
(8) Bumi
memuntahkannya.
(9) Isinya
dimuntahkan oleh bumi.
Mengenai
fungsi pelengkap atau koplemen, Anton M. Moeliono dkk. menegaskan bahwa baik objek maupun pelengkap
sering berwujud nomina dan keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni di
kanan predikat. Adapun persamaan dan perbedaan objek dan pelengkap tampak
seperti dibawah ini!
Objek
|
Pelengkap
|
(1)
Kategori katanya nomina atau nominal
(2)
Berada langsung di belakang verba transitif aktif tanpa preposisi
(3)
Dapat menjadi subek dalam kalimat pasif
(4)
Dapat diganti dengan -nya
|
(1)
Kategorai katanya nomina, verba, atau adjektiva
(2)
Berada di belakang verba semitransitif atau dwitransitif dan dapat
didahului oleh preposisi.
(3)
Tidak dapat dijadikan bentuk pasif. Jika dapat dipasifkan, pelengkap itu
tidak dapat menjadi subjek.
(4)
Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali jika diahului preposisi selain di
, ke, dari, dan akan.
|
Rujukan:
Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama).
about the
mind. Chicago:
University of Chicago.hlm.88.
Moeliono, Anton M., dkk. 1988. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia . Jakarta:
Balai Pustaka.
Parera, Jos Daniel. 1993. Sintaksis
. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wahab, Abdul. 1986. Javanes
Metaphors in Discourse Analysis. Unpublished
Dissetation, University of Illionis
at Champaign-Urbana.
------------.1986 “Berfikir
Metaforis dan Implikasinya dalam Pengajaran (Bahasa)”
dalam Pembinaan Bahasa
Indonesia Th.7 No.3 September 1986,
hlm.170.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar