Sabtu, 20 Februari 2016

METAFORA DARI SEGI SEMANTIK

METAFORA DARI SEGI SEMANTIK
Menurut Kerbrat-Orecchioni, semua jenis makna yang mengandung implisit dalam konteks tertentu dapat membentuk kehadiran majas metafora. Menurut pendapatnya, majas metafora  hanya suatu kasus khusus dari fungsi implisit. Dalam majas metafora bentuk yang implisit bersifat denotatif dan bentuk yang menggantikannya bersifat konotatif.1
Majas metafora dapat dijelaskan dengan aspek makna dan acuannya. Untuk penjelasan hal ini  perlu diingat kembali segitiga semantik yang dikemukakan Ogden & Richards seperti tampak dalam bagan di bawah ini.
                                                                   Petanda/makna

             
                                    Penanda/kata                                                  Acuan/referen



Penanda adalah bentuk bahasa dan petanda adalah konsepnya. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat  arbitrer atau manasuka, berdasarkan konvensi masyarakat pengguna bahasa.  Jasa Ogden dan Richards adalah menambahkan unsur acuan yang sebenarnya berada di luar ranah bahasa, berasal dari dunia pengalaman. Menurut pendapatnya, tidak ada hubungan langsung antara penanda dan acuannya (antara bahasa dan dunia). 2
Penanda dan petanda berada dalam lingkup bahasa. Hubungan antara kata <meja> sebagai penanda dengan maknanya atau konsepnya sebagai petanda adalah bersifat langsung. Begitu juga hubungan antara makna itu dengan meja di dunia nyata bersifat langsung, tetapi hubungan antara kata <meja> dengan sebuah meja di dunia nyata tidak bersifat langsung. Hubungan tersebut harus melalui konsep yang berada dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, dalam bagan di atas hubungan antara kata dengan acuannya ditandai dengan garis terputus-putus.3
Tidak ada hubungan wajib antara kata yang teridiri atas deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya. Namun, secara sepakat anggota masyarakat  menentukan hubungan antara kata dengan makna kata tersebut agar komunikasi mereka tidak mengalami hambatan. Dengan demikian, sebagaimana dikatakan Abdul Chaer bahwa secara sinkronis  hubungan antara kata dengan maknanya tidak akan beubah. Namun, secara   diakronis ada kemungkinan  hubungan  antara  kata dengan maknanya bisa berubah sesuai dengan perkembangan budaya dan masyarakat tersebut. 4
Tidak semua kata mempunyai referen atau rujukan, kata-kata seperti kata depan di, ke, dari, kepada, dan kata hubung seperti kalau, sehingga, dan lain-lain tidak merujuk kepada suatu referen. Sementara itu, kata-kata yang termasuk ke dalam kelas kata nomina, verba, dan adjektiva.
Hubungan makna tersebut akan dijadikan dasar  pengelompokan majas, termasuk metafora. Sebenarnya, dari beberapa tulisan tentang teori linguistik  mengenai majas,  selalu berkisar antara penanda dan petanda, tidak memasukan unsur acuan. Meskipun demikian, beberapa pakar, antara lain Georges Lakoff dan Mark Jhonson menyinggung unsur acuan ini. Di sini disertakan unsur acuan karena unsur ini telah dimasukkan ke dalam segitiga semantik dan hal ini juga dituntut oleh perkembangan teori wacana.5
Terkait dengan makna, Blomfield mengemukakan dua makna yaitu makna pusat (central mening) dan makna sampingan (marginal meaning). Makna pusat adalah makna yang dimiliki suatu unsur bahasa dan digunakan untuk mengabstraksikan suatu  benda/peristiwa/ gagasan yang berada di luar bahasa.  Pemahaman atas makna ini tidak membutuhkan konteks. Selain itu, dapat dikemukakan bahwa penanda bisa mempunyai lebih dari satu acuan.  Bila   yang
diacu adalah acuan utama, dan dipahami sebagai makna denotatif, penanda itu mengaktifkan makna pusatnya. Sedangkan pada makna sampingan  penanda tidak mengacu pada acuan utamanya, melainkan mengacu pada referen (acuan) lain. Pemahamannya bersifat konotatif. Makna ini disebut juga makna metaforis atau makna yang telah dipindahkan (metephoric or transferred meaning).
Contoh berikut memperlihatkan kata kupu-kupu dengan makna pusat (central mening) dan makna sampingan (marginal meaning)
(5a) Taman itu begitu indah, penuh bunga aneka warna dan kupu-kupu
        beterbangan kian kemari.
(5b) Sejak Marni menjadi kupu-kupu malam, baru kali itulah ada laki-        
       laki  yang tidak menghinanya.
Makna kata kupu-kupu pada contoh kalimat (5a)  adalah jenis serangga yang berasal dari kepompong ulat, umumnya sayapnya berwarna cerah (makna pusat). Sedangkan pada contoh kalimat (5b) makna kupu-kupu ditafsikan sebagai terbang dari satu bunga ke bunga lain untuk menghisap sari madu bunga. Secara metaforis kalimat tesebut diartikan bahwa Marni sebagai wanita yang pindah dari satu laki-laki ke laki-laki lain untuk mengambil uangnya (makna sampingan).
 Dalam studi semantik, telah dikenal bahwa setiap kata mempunyai wilayah makna tertentu yang terdiri dari sejumlah komponen makna, yaitu satuan makna terkecil. Apabila dua kata atau lebih disandingkan,  ada kemungkinan bahwa ada sejumlah komponen makna yang sama dalam wilayah maknanya; dan pasti ada komponen makna yang berbeda. Pada dasarnya ada dua macam komponen makna (1) komponen makna penyama dan (2) komponen makna pembeda.
Menurut Kerbrat Orrecchioni, melihat bentuknya ada dua macam metafora yaitu (1) metafora in praesetia, yaitu  bersifat eksplisit dan (2) metafora in absentia, bersifat implisit.6
Contoh:
(6a) Tono memang buaya darat ( in praesetia).
(6b) Banyak pemuda yang ingin mempersunting bunga desa itu (in absentia).
Pada contoh kalimat (6a) si pengujar menyatakan bahwa secara keseluruhan, Tono memang buaya darat (asimilasi). Sedangkan pada contoh kalimat (6b)  salah satu unsur bahasa yang dibandingkan tidak muncul, bersifat implisit. Sifat implisit ini menyebabkan adanya perubahan acuan dan penyimpangan makna sehingga menimbulkan masalah kolokasi, yaitu kesesuaian makna dari dua atau beberapa ujaran yang sama. Hal-hal inilah yang mungkin menjadi masalah dalam pemahaman metafora.
                Berikut ini ditampilkan bagan wilayah makna dalam metafora yang pernah dikemukakan oleh Tutescu:
 



Bunga                                                   gadis

Pada bagan di atas, tampak dua lingkaran yang disatukan, masing-masing menampilkan wilayah makna ‘bunga’ dan wilayah makna ‘gadis’. Sebagian dari kedua wilayah makna tersebut bertumpang tindih membentuk irisan. Hal itu menunjukkan adanya sekumpulan komponen makna penyama, yaitu makna yang sama-sama dimiliki kedua wilayah makna. Meskipun wilayah makna itu menyatu, makna pertama tidak menghilang, melainkan ada pada latar belakang makna metaforis. Jadi, dalam metafora tidak terjadi subtitusi makna, melainkan interaksi makna. Lingkaran yang berada di sebelah kiri merupakan petanda awal (siginifie de depart), dan lingkaran yang berada di sebelah kanan, mengemukakan petanda akhir (siginfie d’ arrivee). Ini terjadi berkat adanya perantara (intermediaire) yang merupakan komponen makna penyama.
Pada contoh kalimat (6b) di atas, kata bunga digunakan untuk menyebut gadis. Jadi keduanya dibandingkan . Komponen makna penyama antara bunga dan gadis adalah cantik, indah, segar, harum, cepat layu. Sedangkan kompnen makna pembeda antara bunga dan gadis adalah gadis sebagai manusia dan bunga sebagai tanaman.7
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa  secara semantik suatu pernyataan metafora  terdiri atas komponen (1) penanda atau kata, (2) petanda atau makna , dan (3) acuan atau referensi. Karena dalam metafora terdapat dua kata (penanda) atau lebih yang disandingkan atau dibandingkan, komponen makna terdiri atas dua atau lebih sesuai dengan penandanya masing-masing. Dengan demikian, dari kedua kata atau petanda tersebut dapat ditentukan kesamaan-kesamaan dan perbedaanya. Berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ada dapatlah disimpulkan makna acuan atau referensi terhadap konsep metafora tersebut. Jika dibuat dalam bentuk tabel analisis akan tampak sebagai berikut.
Metafora
Penanda
(konsep yang dibandingkan)
Petanda (makna)
Kesamaan
Acuan
 (Makna acuan)
Bunga desa
Bunga
Gadis



                              
Berdasakan unsur penanda atau kata yang dibandingkan dalam sebuah metafora, unsur-unsur metafora dapat berupa:
1)      Perbandingan bukan manusia dan manusia (bumi memuntahkan apa yang ada di lamanya ( al-Insyiqa :4); bumi dengan manusia)
2)      Perbandingan manusia dan bukan manusia (Para penulis (‘Abasa:15)); (Para penulis (manusia)  dengan malaikat)
3)      Perbandingan unsur konkret dan unsur konkret (Kami menjadikan bumi sebagai ayunan (an-Naba: 6); bumi dengan ayunan))
4)      Perbandingan unsur konkret dan unsur abstrak (ia menempuh jalan kembali (an-Naba:39); jalan kembali dengan beriman/bertaubat)
5)      Perbandingan unsur abstrak dan unsur konkret (Kami jadikan malam sebagai pakaian (an-Naba 10); malam dengan pakaian)
6)      Perbandingan unsur abstrak dan unsur abstrak (Seseungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan (an-Naba: 31); kemenangan dengan surga).



Berdasarkan uraian di atas dapatlah disusun dalam tebel sebagai berikut:
No.
Janis Perbandingan
Pola
Contoh
1.
Perbandingan bukan manusia dan manusia
BM  + M
bumi memuntahkan apa yang ada di lamanya
2.
Perbandingan manusia dan bukan manusia
M  + BM
Para penulis (Malaikat)
3.
Perbandingan unsur konkret dan unsur konkret
UK + UK
bumi sebagai ayunan
4.
Perbandingan unsur konkret dan unsur abstrak
UK  + UA
menempuh jalan kembali
5.
Perbandingan unsur abstrak dan unsur konkret
UA  +  UK
malam sebagai pakaian
6.
Perbandingan unsur abstrak dan unsur abstrak
UA  +  UA
mendapat kemenangan (surga)
Tabel Pola Hubungan Antarunsur dalam Metafora Ditinjau dari Segi Semantik

Catatan Kaki:
1Kerbrat-Orecchioni, dalam Kusuma Sumantri,Majas dan Pembentukannnya” dalam Makara, Sosial Humaniora,Vol.6, 2 Desember, (Jakarta: UI, 2002), hlm. 45.
2Ogden dan Richard,  dalam Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.29-32.
3Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.29—33.
4Ibid.
5Georges Lakoff dan Mark Jhonson, Metaphor We Live By (Chicago &London: The University of Chicago Press), hlm. 35—37.
6Kerbrat-Orecchioni, op.cit.,hlm.55.

7Tutescu, dalam Okke Kusuma Sumantri Zaimar.2002. “Majas dan Pembentukannnya”, Makara, Sosial Humaniora, Vol.6, 2 Desember, (Jakarta: UI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar