Senin, 15 Februari 2016

Khutbah 1

UJIAN DALAM KEHIDUPAN


KHUTBAH PERTAMA
Mukadimah

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat-Nya pada kita. Nikmat yang senantiasa menyertai kehidupan kita; dalam tidur dan terjaga, saat istirahat maupun beraktivitas, saat kita bergerak maupun diam. Semua nikmat yang kita rasakan kemudian menjadi nikmat yang hakiki, nikmat yang paling mendasar tatkala nikmat iman dan Islam masih melekat kuat dalam diri kita. Maka tidak ada yang pantas untuk kita saling menasehati kecuali pesan taqwa kepada Allah swt. Agar kita mensyukuri segala nikmat Allah dan mengoptimalkannya untuk beribadah kepada-Nya dan berusaha untuk meninggalkan seluruh larangan-Nya dan berupaya menjalankan perintah-Nya beserta sunnah Nabi-Nya; sekuat kemampuan kita.



Ma'asyiral muslimin rahima kumullah,
Sering kita mendengar sebuah pemeo atau semacam pepatah “hidup adalah ujian”. Tidak sedikit orang yang lulus ujian dalam hidup ini sehingga Allah muliakan dalam hidupnya di dunia dan akhirat. Banyak sekali orang yang gagal ketika menghadapi ujian sehingga ia terperosok dalam kehinaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Salah satu bentuk ujian adalah kesulitan hidup atau persoalan hidup, baik itu ringan maupun berat. Tidak sedikit manusia yang gagal diuji dengan kemiskinan, dengan kesulitan hidup, penyakit, masalah hubungan dengan orang lain, masalah pekerjaan, masalah karier, masalah jodoh, keluarga, musibah, bencana, dan masalah-masalah lainnya. Banyak dari mereka yang gagal  menghadapi ujian ini sehingga di akhir hayatnya mengalami su’ul khotimah seperti melakukan bunuh diri oleh karena prustasi menghadapi ujian ini.
Hadirin Rahimakumullah...,
Hidup bagi seorang muslim, sejak ia terlahir ke alam dunia sampai malaikat maut menjemputnya, merupakan rangkaian ujian yang seakan tak berkesudahan. Rangkaian ujian yang tidak hanya sekedar untuk dilalui, tetapi juga akan menjadi penilaian bagi Allah Azza wa Jalla. Dengan ujian itu, secara nyata Allah akan mendapati siapa di antara hamba-hamba-Nya yang paling baik amalnya.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (QS. Al-Mulk : 2)

Hadirin Rahimakumullah...,
Yakinlah bahwa tak ada seorang manusia pun yang luput dari ujian hidup. Tak ada keberhasilan yang tak melewati ujian dan tantangan. Semakin bertambah kenikmatan dan kekayaan  seseorang, semakin kencang pula angin kehidupan berhembus untuk menguji ketegaran dan keimanannya.
Ujian hidup bukanlah bentuk kekejaman dari Sang Pencipta. Ujian hidup bisa dianalogikan sebagaimana halnya dengan ujian sekolah. Ujian sekolah apa pun bentuknya apakah itu ulangan harian, ujian tengah semester, maupun ujian akhir semester atau ulangan umum. Ujian-ujian tersebut bukanlah bentuk hukuman sewenang-wenang, bukan pula merupakan  bentuk kekejaman atau siksaan dari para guru kepada para siswanya.
Dengan ujian tersebut para siswa harus mengerahkan segala pikiran dan tenaganya lebih keras dan lebih berat.  Diadakannya  ujian sekolah atau ujian akhir semester ini karena memang sebelumnya sudah ada pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dan dari ujian tersebut maka guru akan mengetahui siapa di antara para siswanya yang paling baik nilainya. Siapa-siapa yang bisa naik kelas, naik ke jenjang berikutnya dan siapa-siapa yang mendapatkan nilai buruk dan tidak bisa naik ke tingkat berikutnya.
Begitu pula ujian hidup. Sang Pencipta sudah membekali manusia dengan akal, hati nurani, kitab suci, dan nasehat para nabi-Nya. Jika bekal itu sudah diberikan, maka pada saatnya ujian itu akan datang sebagimana disampaikan oleh Allah swt.
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.(Qs: Ali Imran:186)
Dalam menghadapi suatu perjuangan hidup sudah dipastikan kita akan menghadapi suatu ujian. Dan, dalam menghadapi ujian itulah maka kita sangat memerlukan suatu keyakinan. Jika kita yakin bahwa kita akan mampu menghadapi dan melalui dengan mudah, maka kita akan mudah pula menghadapi ujian tersebut. Keyakinan adalah sebuah doa yang mampu menumbuhkan suatu bentuk motivasi bagi diri pribadi, yang nantinya berguna dalam menghadapi ujian.
Allah SWT berfirman,
"Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat." (Q.S. Al-Baqarah 2 : 214).

Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang muslim bisa berupa dua hal: ujian yang berbentuk musibah dan ujian berupa kenikmatan. Sering kali yang pertama disebut oleh manusia sebagai ujian yang buruk dan yang kedua disebut sebagai ujian yang baik. Namun, pada hakikatnya keduanya merupakan ujian dari Allah. Keduanya memiliki potensi yang sama. Jika lulus menghadapinya akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Bagi orang yang beriman, sebenarnya ada rumus umum tentang ujian itu. Bahwa seorang yang lebih kokoh keimanannya akan mendapatkan ujian yang lebih berat. Dengan mudah kita bisa menganalogikan bahwa ujian murid SD lebih mudah daripada ujian murid SMP. Sama halnya UN bagi siswa SMU lebih sulit dari pada UN  bagi siswa SMP. Kaidah itu berlaku dalam ujian hidup bagi seorang mukmin; semakin besar keimanan, semakin berat ujiannya.Rasulullah SAW pernah menjawab pertanyaan Saad bin Abi Waqash mengenai tingkatan ujian itu.
 Aku (Sa'ad bin Abi Waqash) bertanya: "Ya Rasulullah! Siapakah yang paling berat Ujiannya?" Beliau menjawab, "Para Nabi, kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan ...diuji sesuai kadar kekuatan agamanya." (HR. Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah; Shahih menurut Al-Albani)
Maka kita melihat betapa sejarah telah menceritakan bahwa ujian-ujian yang paling berat dialami oleh para Nabi dan Rasul. Demikian pula ujian yang telah dihadapi oleh salafus shalih dan para ulama. Jika keimanan berbanding lurus dengan besarnya ujian, sesungguhnya besarnya pahala juga berbanding lurus dengan besarnya ujian. Semakin berat ujian seseorang semakin besar pula pahala yang diperolehnya manakala ia lulus dalam mengahadapinya. Dan ujian itu juga merupakan tanda cinta dari Allah buat hamba-hamba terkasih-Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
 Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya. Siapa yang membenci ujian itu, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah)
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Jangan dikira bahwa ujian itu hanyalah musibah; sakit, kemiskinan, kesusahan, keterbatasan, penderitaan, kecelakaan, dan sejenisnya. Kekayaan, kesenangan, popularitas, jabatan, kepemimpinan, kekuasaan, dan sejenisnya juga merupakan ujian. Bahkan ujian tipe kedua ini sering kali lebih berat. Dalam arti, tidak banyak yang bisa menghadapinya dengan sikap yang benar lalu keluar sebagai pemenang dalam pandangan Allah; lulus ujian. Abdurrahman bin Auf pernah menggambarkan betapa beratnya ujian ini, dan betapa banyaknya orang yang tidak lulus menghadapinya:
 Kami diuji dengan kesusahan-kesusahan (ketika) bersama Rasulullah SAW dan kami dapat bersabar. Kemudian kami diuji dengan kesenangan-kesenangan setelah beliau wafat, dan kami pun tidak dapat bersabar. (HR. Tirmidzi; hasan menurut Al-Albani)
Tampaknya demikianlah sejarah mengatakan kepada kita; menguatkan apa yang dikatakan Abdurrahman bin Auf. Banyak orang yang ketika diuji dengan kemiskinan ia mampu menghadapinya dan justru kemiskinan itu semakin meningkatkan ibadahnya dan menambah kedekatannya kepada Allah. Namun, begitu kaya, ia lupa dengan ibadah-ibadah yang dulu dijalaninya.
Ada pula orang yang sebelumnya rajin ke masjid dan gemar berinfaq sewaktu menjadi orang biasa. Namun saat Allah swt. memberinya jabatan, ia justru lupa kepada Allah dan menjadi tidak peka terhadap orang-orang yang dulu mendukungnya. Secara institusi, ujian kenikmatan itu juga kerap mendekontruksi (meruntuhkan) bangunan kebaikan dalam organisasi yang dulunya bisa bersabar dalam keterbatasan.
Pendek kata, apapun yang menimpa kaum muslimin (baik secara individu maupun berkelompok); baik itu ia sukai atau tidak ia sukai, sesungguhnya adalah ujian. Ada yang lulus ada yang tidak lulus dalam menghadapinya. Dan kenikmatan, seringkali justru menjadi ujian yang lebih berat dibandingkan kesusahan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
 


KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
 Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah,
Sebenarnya Allah telah memberikan petunjuk umum dalam menghadapi ujian, agar hamba-hamba-Nya bisa lulus ujian dan mendapatkan pahala serta meningkat derajatnya.
Ada dua hal yang harus dimiliki atau dilakukan dalam menghadapi ujian itu; apapun. Baik berbentuk ujian kesusahan maupun ujian kenikmatan. Dua hal itu adalah kesabaran dan ketaqwaan.
Allah SWT berfirman:
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang patut diutamakan. (QS. Ali Imran : 186)
Semoga Allah swt. senantiasa memberi kekuatan kepada kita sekalian untuk bisa bersabar dalam menjalani hari-hari yang penuh ujian ini. Dan semoga Allah senantiasa memberi kekuatan dalam menjalani segala bentuk ikhtiar yang kita kerjakan sehingga kita bisa lulus dalam setiap ujian dan melaju ke jenjang-jenjang keimanan dan kehidupan yang lebih tinggi dari saat kini. Senantiasa kita memohon kepada Allah agara kita dijauhkan dari sikap dan sifat berputus asa ketika menghadapi setiap bentuk ujian dan menjauhkan kita dari segala bentuk kesombongan atas ujian kekayaan, kesehatan, kepintaran, dan kejayaan prestasi yang kita raih. Dengan begitu, saatnya nanti kita akan digolongkan sebagai hamba-hamba pemenang, hamba-hamba yang paling baik amalnya. Amiin....
Akhirnya marilah kita tutup khutbah Jum’at ini dengan berdo’a kepada Allah subhannahu wa Ta'ala :
رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا، رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَاوَعَدتَنَا عَلَىرُسُلِكَ وَلاَتُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيعَادَ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى رَسُوْلِهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar