KHUTBAH PERTAMA
Mukadimah
Mukadimah
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Marilah kita panjatkan puji
syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat-Nya pada kita.
Nikmat yang senantiasa menyertai kehidupan kita; dalam tidur dan terjaga, saat
istirahat maupun beraktivitas, saat kita bergerak maupun diam. Semua nikmat
yang kita rasakan kemudian menjadi nikmat yang hakiki, nikmat yang paling
mendasar tatkala nikmat iman dan Islam masih melekat kuat dalam diri kita. Maka
tidak ada yang pantas untuk kita saling menasehati kecuali pesan taqwa kepada
Allah swt. Agar kita mensyukuri segala nikmat Allah dan mengoptimalkannya untuk
beribadah kepada-Nya dan berusaha untuk meninggalkan seluruh larangan-Nya dan
berupaya menjalankan perintah-Nya beserta sunnah Nabi-Nya; sekuat kemampuan
kita.
Ma'asyiral muslimin rahima kumullah,
Sering kita mendengar
sebuah pemeo atau semacam pepatah “hidup adalah ujian”. Tidak sedikit orang
yang lulus ujian dalam hidup ini sehingga Allah muliakan dalam hidupnya di
dunia dan akhirat. Banyak sekali orang yang gagal ketika menghadapi ujian
sehingga ia terperosok dalam kehinaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Salah satu bentuk ujian
adalah kesulitan hidup atau persoalan hidup, baik itu ringan maupun berat.
Tidak sedikit manusia yang gagal diuji dengan kemiskinan, dengan kesulitan
hidup, penyakit, masalah hubungan dengan orang lain, masalah pekerjaan, masalah
karier, masalah jodoh, keluarga, musibah, bencana, dan masalah-masalah lainnya.
Banyak dari mereka yang gagal menghadapi
ujian ini sehingga di akhir hayatnya mengalami su’ul khotimah seperti melakukan bunuh diri oleh karena prustasi
menghadapi ujian ini.
Hadirin Rahimakumullah...,
Hidup bagi seorang muslim,
sejak ia terlahir ke alam dunia sampai malaikat maut menjemputnya, merupakan rangkaian
ujian yang seakan tak berkesudahan. Rangkaian ujian yang tidak hanya sekedar
untuk dilalui, tetapi juga akan menjadi penilaian bagi Allah Azza wa Jalla. Dengan ujian itu, secara
nyata Allah akan mendapati siapa di antara hamba-hamba-Nya yang paling baik
amalnya.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ
أَحْسَنُ عَمَلا
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (QS.
Al-Mulk : 2)
Hadirin Rahimakumullah...,
Yakinlah bahwa tak ada seorang manusia pun yang luput dari ujian
hidup. Tak ada keberhasilan yang tak melewati ujian dan tantangan. Semakin
bertambah kenikmatan dan kekayaan seseorang, semakin kencang pula angin
kehidupan berhembus untuk menguji ketegaran dan keimanannya.
Ujian hidup bukanlah bentuk kekejaman dari Sang Pencipta. Ujian
hidup bisa dianalogikan sebagaimana halnya dengan ujian sekolah. Ujian sekolah
apa pun bentuknya apakah itu ulangan harian, ujian tengah semester, maupun
ujian akhir semester atau ulangan umum. Ujian-ujian tersebut bukanlah bentuk
hukuman sewenang-wenang, bukan pula merupakan bentuk kekejaman atau siksaan dari para guru
kepada para siswanya.
Dengan ujian tersebut para siswa harus mengerahkan segala
pikiran dan tenaganya lebih keras dan lebih berat. Diadakannya
ujian sekolah atau ujian akhir semester ini karena memang sebelumnya
sudah ada pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dan dari ujian tersebut
maka guru akan mengetahui siapa di antara para siswanya yang paling baik
nilainya. Siapa-siapa yang bisa naik kelas, naik ke jenjang berikutnya dan
siapa-siapa yang mendapatkan nilai buruk dan tidak bisa naik ke tingkat
berikutnya.
Begitu pula ujian hidup. Sang Pencipta sudah membekali
manusia dengan akal, hati nurani, kitab suci, dan nasehat para nabi-Nya. Jika
bekal itu sudah diberikan, maka pada saatnya ujian itu akan datang sebagimana
disampaikan oleh Allah swt.
لَتُبْلَوُنَّ فِي
أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ
Kamu
sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.(Qs: Ali Imran:186)
Dalam menghadapi suatu perjuangan hidup sudah dipastikan
kita akan menghadapi suatu ujian. Dan, dalam menghadapi ujian itulah maka kita
sangat memerlukan suatu keyakinan. Jika kita yakin bahwa kita akan mampu
menghadapi dan melalui dengan mudah, maka kita akan mudah pula menghadapi ujian
tersebut. Keyakinan adalah sebuah doa yang mampu menumbuhkan suatu bentuk
motivasi bagi diri pribadi, yang nantinya berguna dalam menghadapi ujian.
Allah SWT berfirman,
"Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk
ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan
Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat." (Q.S.
Al-Baqarah 2 : 214).
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Ujian yang diberikan oleh
Allah SWT kepada hamba-Nya yang muslim bisa berupa dua hal: ujian yang
berbentuk musibah dan ujian berupa kenikmatan. Sering kali yang pertama disebut
oleh manusia sebagai ujian yang buruk dan yang kedua disebut sebagai ujian yang
baik. Namun, pada hakikatnya keduanya merupakan ujian dari Allah. Keduanya memiliki
potensi yang sama. Jika lulus menghadapinya akan mendapatkan pahala dari Allah
SWT.
Bagi orang yang beriman,
sebenarnya ada rumus umum tentang ujian itu. Bahwa seorang yang lebih kokoh
keimanannya akan mendapatkan ujian yang lebih berat. Dengan mudah kita bisa
menganalogikan bahwa ujian murid SD lebih mudah daripada ujian murid SMP. Sama
halnya UN bagi siswa SMU lebih sulit dari pada UN bagi siswa SMP. Kaidah itu berlaku dalam ujian
hidup bagi seorang mukmin; semakin besar keimanan, semakin berat ujiannya.Rasulullah
SAW pernah menjawab pertanyaan Saad bin Abi Waqash mengenai tingkatan ujian
itu.
Aku (Sa'ad bin Abi Waqash) bertanya: "Ya
Rasulullah! Siapakah yang paling berat Ujiannya?" Beliau menjawab,
"Para Nabi, kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang
semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar agamanya. Jika agamanya kuat,
maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan ...diuji
sesuai kadar kekuatan agamanya." (HR. Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah; Shahih menurut
Al-Albani)
Maka kita melihat betapa
sejarah telah menceritakan bahwa ujian-ujian yang paling berat dialami oleh
para Nabi dan Rasul. Demikian pula ujian yang telah dihadapi oleh salafus shalih dan para ulama. Jika
keimanan berbanding lurus dengan besarnya ujian, sesungguhnya besarnya pahala
juga berbanding lurus dengan besarnya ujian. Semakin berat ujian seseorang semakin
besar pula pahala yang diperolehnya manakala ia lulus dalam mengahadapinya. Dan
ujian itu juga merupakan tanda cinta dari Allah buat hamba-hamba terkasih-Nya.
Rasulullah
SAW bersabda:
Sesungguhnya besarnya pahala tergantung
dengan besarnya ujian. sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka
Dia mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya.
Siapa yang membenci ujian itu, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan
Al-Albani dalam As-Shahihah)
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Jangan dikira bahwa ujian
itu hanyalah musibah; sakit, kemiskinan, kesusahan, keterbatasan, penderitaan,
kecelakaan, dan sejenisnya. Kekayaan, kesenangan, popularitas, jabatan,
kepemimpinan, kekuasaan, dan sejenisnya juga merupakan ujian. Bahkan ujian tipe
kedua ini sering kali lebih berat. Dalam arti, tidak banyak yang bisa
menghadapinya dengan sikap yang benar lalu keluar sebagai pemenang dalam
pandangan Allah; lulus ujian. Abdurrahman bin Auf pernah menggambarkan betapa
beratnya ujian ini, dan betapa banyaknya orang yang tidak lulus menghadapinya:
Kami diuji dengan kesusahan-kesusahan (ketika)
bersama Rasulullah SAW dan kami dapat bersabar. Kemudian kami diuji dengan
kesenangan-kesenangan setelah beliau wafat, dan kami pun tidak dapat bersabar. (HR. Tirmidzi; hasan
menurut Al-Albani)
Tampaknya demikianlah sejarah
mengatakan kepada kita; menguatkan apa yang dikatakan Abdurrahman bin Auf.
Banyak orang yang ketika diuji dengan kemiskinan ia mampu menghadapinya dan
justru kemiskinan itu semakin meningkatkan ibadahnya dan menambah kedekatannya
kepada Allah. Namun, begitu kaya, ia lupa dengan ibadah-ibadah yang dulu
dijalaninya.
Ada pula orang yang
sebelumnya rajin ke masjid dan gemar berinfaq sewaktu menjadi orang biasa.
Namun saat Allah swt. memberinya jabatan, ia justru lupa kepada Allah dan
menjadi tidak peka terhadap orang-orang yang dulu mendukungnya. Secara
institusi, ujian kenikmatan itu juga kerap mendekontruksi (meruntuhkan) bangunan
kebaikan dalam organisasi yang dulunya bisa bersabar dalam keterbatasan.
Pendek kata, apapun yang
menimpa kaum muslimin (baik secara individu maupun berkelompok); baik itu ia
sukai atau tidak ia sukai, sesungguhnya adalah ujian. Ada yang lulus ada yang
tidak lulus dalam menghadapinya. Dan kenikmatan, seringkali justru menjadi
ujian yang lebih berat dibandingkan kesusahan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

KHUTBAH
KEDUA
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
Jama'ah
Jum'at yang dirahmati Allah,
Sebenarnya Allah telah
memberikan petunjuk umum dalam menghadapi ujian, agar hamba-hamba-Nya bisa
lulus ujian dan mendapatkan pahala serta meningkat derajatnya.
Ada dua hal yang harus
dimiliki atau dilakukan dalam menghadapi ujian itu; apapun. Baik berbentuk
ujian kesusahan maupun ujian kenikmatan. Dua hal itu adalah kesabaran dan ketaqwaan.
Allah
SWT berfirman:
وَإِنْ تَصْبِرُوا
وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian
itu termasuk
urusan yang patut diutamakan. (QS.
Ali Imran : 186)
Semoga Allah swt. senantiasa
memberi kekuatan kepada kita sekalian untuk bisa bersabar dalam menjalani
hari-hari yang penuh ujian ini. Dan semoga Allah senantiasa memberi kekuatan dalam menjalani segala
bentuk ikhtiar yang kita kerjakan sehingga kita bisa lulus dalam setiap ujian
dan melaju ke jenjang-jenjang keimanan dan kehidupan yang lebih tinggi dari
saat kini. Senantiasa kita memohon kepada Allah agara kita dijauhkan dari sikap
dan sifat berputus asa ketika menghadapi setiap bentuk ujian dan menjauhkan
kita dari segala bentuk kesombongan atas ujian kekayaan, kesehatan, kepintaran,
dan kejayaan prestasi yang kita raih. Dengan begitu, saatnya nanti kita akan digolongkan
sebagai hamba-hamba pemenang, hamba-hamba yang paling baik amalnya. Amiin....
Akhirnya
marilah kita tutup khutbah Jum’at ini dengan berdo’a kepada Allah subhannahu wa Ta'ala :
رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإِيمَانِ
أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا، رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَاوَعَدتَنَا عَلَىرُسُلِكَ وَلاَتُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيعَادَ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى رَسُوْلِهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَاوَعَدتَنَا عَلَىرُسُلِكَ وَلاَتُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيعَادَ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى رَسُوْلِهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar